bombou.site – Kehadiran motor listrik di Indonesia mulai menunjukkan tanda-tanda sebagai ancaman serius bagi motor bensin, meskipun penetrasinya masih kecil dibandingkan dominasi motor konvensional. Oleh karena itu, dengan kebijakan subsidi pemerintah dan target 13 juta unit pada 2030, motor listrik seperti yang diproduksi Gesits, United, dan Yadea menggerus pangsa pasar motor bensin, terutama di segmen entry-level dan urban. Dengan demikian, kehadiran motor listrik ini didorong oleh hemat biaya operasional (Rp 1.000–2.000 per 50 km vs Rp 10.000 untuk bensin), tapi infrastruktur SPKLU yang masih terbatas menjadi hambatan utama. Selain itu, penjualan motor listrik 2025 tembus 15.000 unit hingga Mei, naik 447% dari 2024, sementara motor bensin capai 6,3 juta unit. Berikut analisis ancaman, data penjualan, kebijakan, dan prospek, dirangkum pada 14 Oktober 2025.
1. Data Penjualan: Motor Listrik Naik, Bensin Masih Dominan
Kehadiran motor listrik terlihat dari lonjakan penjualan. Dengan kata lain, hingga Mei 2025, motor listrik tembus 15.000 unit, naik 447% dari 2024 (63.146 unit subsidi), menurut AISMOLI. Selanjutnya, target 200.000 unit 2025 realistis dengan subsidi PPN DTP 10% untuk TKDN 40%. Untuk itu, motor bensin masih raja dengan 6,3 juta unit 2024, tapi pangsa listrik 1,2% (77.000 unit terdaftar). Oleh sebab itu, Honda klaim penetrasi listrik tak usik bensin, tapi data AISI tunjukkan penurunan 5% motor bensin di kota besar. Dengan begitu, Vietnam contoh: Honda jual 2,6 juta bensin vs VinFast 71.000 listrik. Akibatnya, listrik untung di urban, bensin di pedesaan.
2. Kebijakan Pemerintah: Dorong Listrik, Ancaman bagi Bensin
Kehadiran motor listrik didukung kebijakan agresif. Dengan demikian, PMK No. 12/2025 perpanjang PPN DTP 10% untuk TKDN 40% dan PPnBM DTP 3% untuk hybrid hingga 2025. Selanjutnya, target 13 juta unit listrik 2030 dari Kemenhub, dengan 2.400 SPKLU 2025. Untuk itu, konversi bensin ke listrik legal sejak 2022, ancam produsen bensin seperti Honda. Oleh sebab itu, ESDM subsidi Rp 7 juta/unit untuk 200.000 unit 2025. Dengan begitu, AISI target 2 juta produksi listrik 2025. Akibatnya, bensin turun 10% pangsa pasar urban.
3. Ancaman bagi Motor Bensin: Hemat vs Infrastruktur
Kehadiran motor listrik ancam bensin di biaya dan lingkungan. Dengan demikian, operasional listrik Rp 1.352–1.699/kWh (Rp 50.000/bulan) vs bensin Rp 7,2 juta/tahun. Selanjutnya, listrik nol emisi kurangi polusi 20% di kota. Untuk itu, rekomendasi 2025 seperti Yadea G6 (Rp 20 juta, 100 km/jam) saingi Honda Beat (Rp 18 juta). Oleh sebab itu, konversi bensin ke listrik (Rp 5–10 juta) hemat 50%. Dengan begitu, Honda klaim bensin aman, tapi penjualan Beat turun 5%. Akibatnya, listrik untung 30% pasar entry-level 2026.
4. Prospek 2030: Listrik Kuasai 20% Pasar
Kehadiran motor listrik prospek cerah dengan 13 juta unit 2030. Dengan demikian, produksi 2 juta 2025 dorong ekspor ASEAN. Selanjutnya, SPKLU 2.400 unit 2025 dukung mobilitas. Untuk itu, AISMOLI target 200.000 unit subsidi. Oleh sebab itu, rekomendasi seperti Segway N90C (Rp 25 juta) dan Yadea E8s Pro (Rp 22 juta) populer. Dengan begitu, bensin turun 15% pangsa. Akibatnya, ekonomi hijau naik Rp 50 triliun.
Kesimpulan Kehadiran motor listrik mulai ancam motor bensin di Indonesia dengan subsidi PPN DTP dan target 13 juta unit 2030. Oleh karena itu, penjualan 15.000 unit 2025 naik 447%, hemat biaya 90%. Dengan demikian, bensin dominan 98%, tapi urban bergeser. Untuk itu, coba Yadea G6 sekarang. Akibatnya, transportasi ramah lingkungan. Bagikan pilihan motor Anda di komentar!